January 5, 2025 | admin

Rasanya Magang di Instansi Pemerintahan Jogja

Rasanya Magang di Instansi Pemerintahan Jogja: Keuangan Seret, Pengalaman Tak Banyak Didapat

Ada pepatah yang mengatakan bahwa jika ingin mengenal kepribadian seseorang, ajaklah mereka mendaki gunung. Namun, jika ingin memahami seluk-beluk sistem birokrasi, cobalah magang di instansi pemerintahan. Begitulah pengalaman yang dialami oleh Berta* (26), seorang perempuan muda yang menghabiskan enam bulan magang di salah satu kantor pemerintahan di Yogyakarta.

Saat kami berbincang di sebuah kafe kecil pada Minggu malam (7 Juli 2024), Berta berbagi kisahnya. Dengan nada bercanda, ia mengatakan bahwa enam bulan magang di kantor tersebut adalah pengalaman yang tak akan pernah ia lupakan—bukan karena kesannya yang luar biasa, tetapi karena berbagai kekurangan yang ia temukan di sana. Menurut Berta, sedikit lebih lama berada di tempat itu mungkin akan membuatnya stres berat.

Lingkungan Kerja yang Tidak Mendukung
Berta menggambarkan suasana kerja di instansi tersebut sebagai “membosankan” dan “minim produktivitas.” Banyak pegawai, katanya, tampak tidak terlalu peduli dengan tugas-tugas yang seharusnya menjadi tanggung jawab mereka. “Bayangkan, beberapa orang hanya datang untuk absen, kemudian menghilang entah ke mana. Sisanya duduk sambil main ponsel atau ngobrol ngalor-ngidul,” ujar Berta dengan ekspresi frustrasi.

Rasanya Magang di Instansi Pemerintahan Jogja

Menurut Berta, semangat kerja di kantor tersebut sangat rendah. Ia merasa seperti masuk ke lingkungan kerja yang hanya bergerak karena formalitas, tanpa ada upaya untuk memberikan hasil yang berarti. Sebagai mahasiswa magang, Berta mengharapkan bisa belajar banyak hal baru, tetapi kenyataannya justru sebaliknya. “Saya malah merasa waktu saya terbuang sia-sia,” katanya.

Honor Magang yang Minim
Salah satu masalah utama yang dihadapi Berta selama magang adalah soal keuangan. Sebagai mahasiswa magang, ia tidak mengharapkan gaji besar. Namun, honor yang ia terima bahkan tidak cukup untuk menutupi biaya transportasi harian. “Duit yang saya dapat cuma cukup buat bayar bensin motor, itu pun mepet,” ungkapnya.

Selain itu, proses administrasi terkait honorarium juga sangat lambat. Ia harus menunggu berminggu-minggu hingga uang tersebut benar-benar masuk ke rekeningnya. Berta merasa sistem ini sangat tidak efisien, terutama mengingat banyak mahasiswa magang lain yang juga mengandalkan honor tersebut untuk kebutuhan sehari-hari.

Minimnya Pengalaman Berharga
Meski telah bekerja selama enam bulan, kids merasa tidak mendapatkan pengalaman yang signifikan. Kebanyakan tugas yang diberikan padanya bersifat administratif dan monoton, seperti menggandakan dokumen, membuat daftar hadir, atau mengarsipkan data. Tidak ada tantangan berarti yang memungkinkan dirinya untuk berkembang atau mempelajari keterampilan baru.

“Saya berharap bisa belajar tentang manajemen proyek atau setidaknya ikut serta dalam rapat-rapat penting. Tapi nyatanya, kami hanya dimanfaatkan sebagai tenaga tambahan untuk pekerjaan-pekerjaan remeh,” keluh Berta.

Harapan untuk Perubahan

Meski pengalaman magang victoria penuh kekecewaan, Berta tetap melihat sisi positifnya. Ia mengatakan bahwa pengalaman ini membuka matanya tentang kondisi birokrasi di Indonesia. “Magang ini membuat saya lebih kritis. Saya jadi tahu bahwa sistem ini perlu diperbaiki dari akarnya,” ujarnya.

Berta berharap, di masa depan, instansi pemerintah bisa lebih serius dalam mengelola program magang. Menurutnya, mahasiswa magang seharusnya diberikan kesempatan untuk terlibat dalam pekerjaan yang lebih bermakna, sehingga mereka bisa benar-benar belajar dan berkembang.

Refleksi Bagi Mahasiswa Lain
Bagi mahasiswa yang berencana magang di instansi pemerintahan, Berta memberikan beberapa saran. Pertama, pastikan untuk mencari informasi sebanyak mungkin tentang tempat magang yang dituju. Kedua, jangan terlalu berharap mendapatkan pengalaman luar biasa. “Anggap saja sebagai cara untuk memahami realita dunia kerja,” katanya sambil tersenyum.

Akhirnya, Berta mengingatkan bahwa meski pengalaman magang di instansi pemerintahan tidak selalu ideal, itu tetap bisa menjadi pelajaran berharga. “Yang penting, kita tahu bagaimana sistem berjalan, dan dari situ kita bisa berkontribusi untuk perubahan di masa depan,” tutupnya dengan penuh optimisme.

Share: Facebook Twitter Linkedin